Tak hanya menjadi penambah aroma pada makanan, daun pandan juga bisa jadi bahan baku kerajinan. Setelah dianyam, daun pandan bisa dibentuk aneka jenis kerajinan, seperti tikar, tas, dan keranjang. Kerajinan daun pandan ini juga berprospek cerah. Selain harga bahan baku murah dan mudah didapat, pasarnya sudah meluas hingga ke luar negeri.
Daun pandan sudah lama dikenal sebagai penumbuh aroma pada produk makanan, produk kecantikan, hingga produk kesehatan. Namun, saat ini, daun pandan juga bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan tikar, tas, dan berbagai suvenir lainnya. Tentu saja, nilai ekonomis kerajinan pandan ini juga tinggi.
Sumbar: kontan(dot)co.id
Ketersediaan bahan baku untuk usaha ini pun tak susah. Lihat saja, daun pandan gampang dibudidayakan sehingga sangat mudah diperoleh di Indonesia.
Tak percaya? Inilah pengalaman Rianni Herlina, pemilik CV Karya Bunda, salah satu perajin daun pandan. Sejak lima tahun lalu, wanita asal Deli Serdang, Sumatera Utara ini aktif membuat dan menjual aneka kerajinan tangan berupa tikar, tas, keranjang, dompet, sandal, kotak pensil dan kotak tisu dari anyaman pandan.
Dengan mengusung merek Karya Bunda, produk-produk anyaman pandan ini berhasil menembus pasar ekspor. Setiap bulan, Rianni mampu mengumpulkan omzet hingga Rp 40 juta.
Bagi wanita berusia 39 tahun ini, keahlian menganyam diperolehnya secara turun-temurun dari keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya. Dari dulu, keluarga Rianni sudah terampil menganyam rotan. Selain itu, sebagian besar perempuan di kampungnya punya pekerjaan sampingan sebagai penganyam.
Meski bukan pelopor kerajinan anyaman pandan, Rianni rajin menggerakkan perempuan di daerahnya untuk memanfaatkan daun pandan. "Saya melihat potensi pasar dengan banyaknya daun pandan di daerah kami," ujarnya.
Membiakkan pandan memang mudah. Pandan bisa tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, tanaman pandan yang tumbuh di pinggir pantai memiliki karakteristik daun lebih tebal untuk mengurangi penguapan. Nah, daun pandan yang tebal inilah yang baik dijadikan bahan baku anyaman.
Saat ini, produk anyaman daun pandan yang menjadi andalan Rianni adalah tikar. Rianni menawarkan tiga jenis ukuran tikar, yakni tikar berukuran 1,5 meter x 2 meter dengan harga Rp 125.000. Kemudian tikar berukuran 2 meter x 2 meter yang dibanderol dengan harga Rp 150.000 dan tikar dengan ukuran 3 meter x 3,5 meter senilai Rp 350.000.
Tikar pandan ini pun sudah dikirim ke Malaysia dan Singapura. Dalam sebulan, Rianni mampu mengekspor 250 gulung tikar.
Tak hanya di dua negara itu. Mulai akhir 2011 ini, Rianni berencana memasok tikarnya secara rutin ke Arab Saudi. Sementara, untuk pasar dalam negeri, biasanya Rianni melempar produknya ke Jakarta, Bandung, dan Semarang.
Karena ia mengambil napas khas Melayu dalam kerajinan anyaman pandan ini, Rianni pun hanya menggunakan motif-motif Melayu. Bentuk motif Melayu ini antara lain, tiga dara, semut beriring, itik pulang petang dan sapu tangan.
Bagi Rianni, usaha ini mendatangkan banyak keuntungan. Selain bisa menjadi mata pencaharian para tetangganya, mereka juga bisa melestarikan kebudayaan Melayu.
Sejatinya, anyaman daun pandan tak hanya dari Deli Serdang saja. Kerajinan anyaman berbahan baku daun pandan terlihat pula di Bogor. Dengan mendirikan CV Pandan Lestari, Nurul Lestari pun terjun dalam usaha kerajinan anyaman pandan. Hanya saja, ia fokus pada dua produk, yakni tas perempuan dan keranjang.
Meski baru mulai berusaha sejak tiga tahun silam, Nurul sudah mampu menangguk omzet hingga Rp 20 juta per bulan. "Dari perolehan omzet itu, saya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 12 juta," tegasnya.
Ia bisa memperoleh margin keuntungan yang besar karena bahan baku daun pandan sangat murah. Nurul mendapatkan daun pandan dengan harga Rp 3.000 per kilogram.
Harga jual produk CV Pandan Lestari ini berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 200.000. "Yang paling diminati adalah tas perempuan," tambah Nurul.
Tas perempuan dari daun pandang ini, lanjut Nurul, banyak diminati oleh perempuan di kota-kota besar. Terutama, mereka yang memiliki kepedulian terhadap bahan baku ramah lingkungan. Nurul pun memberi jaminan, produknya awet. Bisa bertahan lebih dari tiga tahun lamanya.
Nah, untuk mendapatkan bahan pembuatan tas dan keranjang yang awet itu, sebelum dianyam, daun pandan harus diproses melalui beberapa tahapan. Setelah pandan dipanen kemudian dibersihkan dan dibuang duri-durinya. Kemudian, daun pandan dipotong sesuai ukuran anyaman, yakni mulai 1 sentimeter (cm) hingga 3 cm.
Potongan-potongan tersebut lantas direbus hingga 30 menit. Proses perebusan ini bertujuan untuk menghilangkan getah daunnya. Kemudian, daun pandan dikeringkan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari. "Jika tertimpa sinar, daun itu bisa menggulung," jelas Rianni.
Setelah didiamkan sekitar enam jam, baru daun itu dilemaskan dan direndam dalam air biasa selama empat jam. Baru kemudian dijemur di terik matahari hingga berwarna keputihan. Setelah itu, daun pandan itu siap diwarnai. Setelah proses pewarnaan yang berlanjut pengeringan selesai, daun pandan siap dianyam.
Bagi Rianni dan Nurul, bisnis pembuatan aneka kerajinan anyaman pandan memiliki prospek baik. Namun, perajin harus kreatif dalam pemasaran. Selain mengandalkan langganan dan pemesanan via dunia maya, mereka juga aktif mempromosikan lewat ajang pameran kerajinan.
Sumber: kontan(dot)co.id