Author Topic: Bungkus Kopi Jadi Barang Berharga, Seorang Warga Sidoarjo Perdayakan Tetangga  (Read 3409 times)

Offlinesuhartono

Newbie


Sumber: faktualnews(dot)co

Prihatin dengan limbah yang dihasilkan warung kopi. Seorang ibu rumah tangga di kawasan Desa Suko, Sidoarjo menyulap bungkus minuman sachet menjadi kerajinan bernilai ekonomis.

Berkat usahanya yang tiada henti tersebut, kini hasilnya bisa digunakan untuk tambahan kebutuhan keluarga dan juga sukses memberdayakan ibu-ibu sekitar rumah.

Adalah Sumarsi (52), ibu rumah tangga warga Dusun Sungon, Desa Suko RT 22 RW 06, Sidoarjo yang memanfaatkan bungkus sachet minuman menjadi kerajinan daur ulang bernilai  ekonomi tinggi.

Sumarsi memanfaatkan banyak jenis sampah plastik dari bekas bungkus kopi berbagai merk. Yang bisa dibuat daur ulang kerajinan tangan seperti tas, tempat tissu, tutup galong air mineral,  taplak meja, tas laptop, dompet, dan berbagai jenis tas wanita.

Kegiatan daur ulang yang dia lakukan tujuan pertamanya untuk mengurangi banyaknya sampah plastik yang bertebaran dimana-mana. Selain itu juga untuk meminimalkan jumlah sampah, meningkatkan nilai ekonomi, sekaligus menjadi karya seni yang mampu menghasilkan uang.

“Berawal melihat sampah plastik kemasan kopi dari warkop-warkop yang bertebaran di jalan-jalan. Kemudian mencoba kami lipat-lipat dan di buat dompet, alhamdulillah berhasil,” kata Sumarsi, Sabtu (10/8/2019).

Setelah berhasil menyulap sampah plastik dari bungkus kopi berbagai merk di buat dompet, beberapa hari kemudian membuat taplak meja, tempat tissu, tas laptop dan berbagai jenis tas wanita. Proses pembuatan kerajinan ini memerlukan keahlian, ketekunan, dan kesabaran.

“Kami mendapatkan bahan baku tidak ada kendala, yakni dengan cara mendatangi warkop-warkop di pinggir-pinggir jalan. Kemasan kopi berbagai merk tersebut kami beli per tas kresek ukuran besar seharga Rp 5 ribu,” tambah Sumarsi.

Setelah mendapatkan bahan baku kemudian di lipat-lipat sesuai ukuran, kemudian baru dianyam sesuai bentuknya. Meskipun bahan bakunya dari sampah proses pembuatanya memiliki tingkat kesulitan yang tinggi diantaranya pada saat pelipatan.

“Setelah bahan baku di pilah-pilah  disesuaikan dengan warna, kemudian dilipat. Selanjutnya disusun dan bisa dibuat beberapa jenis aitem, dan juga sesuai dengan bentuk pemesanan,” ujar Sumarsi.

Namun sayang hasil karya kerajinan  Sumarsi yang cukup unik ini belum mampu dipasarkan di mall-mall dan supermarket, karena keterbatasan dana. Hanya dipasarkan melalui online dan ofline. Dia berharap instansi terkait Pemkab Sidoarjo memperhatikan dan membantu hasil kerajinanya ini.

Meski pada awalnya barang yang dihasilkan Sumarsi belum ada yang melirik. Tapi dengan segala usaha dan ketekunan ahkirnya perlahan-lahan karyanya mulai di beli konsumen. Seiring perjalanan usahanya pesanan dari pembelipun mulai berdatangan.

Hasil karya kerajinan seperti tempat tissu di jual dengan harga Rp 25 ribu, tutup galon air mineral Rp 60 ribu, taplak meja Rp 50 hingga Rp 60 ribu, tas laptop  Rp 80 hingga  Rp 90 ribu dan tas wanita berbagai bentuk dan ukuran dipatok mulai dari Rp 75 ribu hingga  Rp 150 ribu.

Hingga saat ini, tambah Sumarsi, pembelinya masih dari lokal Jawa Timur, meskipun begitu kami mampu membantu tetangga kanan kiri rumah yang nganggur.

“Untuk omset bersih per bulan masih minim hanya Rp 3,5 juta, tapi kami bangga mampu memberikan kesibukan dan rejeki ke emak-emak yang tidak memiliki kesibukan,” pungkasnya.

Sumber: faktualnews(dot)co