Source Image : Foto: Yudha Maulana
Dua orang bocah asyik bermain di sebuah gang Kampung Sodong, Desa Kertajaya, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Masing-masing bocah menggenggam mainan berbentuk robot ksatria belalang dan mobil-mobilan.
Sekilas, mainan dari itu terlihat seperti hasil pabrikan pada umumnya. Sendi kaki dan tangan mainan itu bisa dilekukkan sehingga bisa membentuk pose yang diinginkan. Mainan robot itu dilengkapi dengan senjata pedang dan tameng.
Namun setelah dilihat lebih dekat, mainan serupa lego itu terbuat dari bekas plastik segel tangki yang tak terpakai. Masih terlihat barcode segel yang direka menjadi atribut penghias mainan.
Adalah Eka Siswandi (35), pria yang membuat mainan segel plastik itu. Ia memproduksi mainan tersebut di dalam saung kriya yang berada di lantai dua rumahnya di Kampung Sodong RT 1 RW 15.
"Tiap sambungannya saya kasih solder, saya pernah coba kasih lem lilin dan lem korea, tapi malah mengelupas. Kalau disolder dibanting juga tahan," ujar Eka seraya membanting mainan daur ulang itu ke lantai.
"Tuh kan kuat tidak cepat rusak," katanya dengan nada bangga.
Beragam jenis mainan, telah dibuat oleh pria yang menggandrungi musik tarawangsa itu. Mulai dari robot-robotan, miniatur kendaraan, puzzle, hingga replika serangga.
"Kadang sambil bikin suka dipikirkan, mau dibuat dengan bentuk seperti apa lagi. Modelnya bagaimana, sendi-sendinya bisa ditekuk atau enggak. Mengalir saja," katanya yang menjual produknya dengan merk Segel ID itu.
Dalam sehari, ia bisa memproduksi 10 mainan. Semua pengerjaannya masih manual. Bahan utamanya hanyalah segel plastik Pertamina, baik yang bentuknya pipih maupun kotak lonjong.
Peralatan yang ia gunakan untuk mengolah plastik tak terpakai itu cukup sederhana, hanya pisau atau gunting, kompresor, alat solder dan kertas amplas.
"Ada beberapa segel yang berbeda, untuk segel dari panel surya ini bentuknya kotak, bisa dibuat di bagian kepala. Kalau yang pipih ini, untuk di bagian badan atau senjata, ya diulik-ulik saja," ujarnya.
Mainan yang sudah terbentuk, kemudian diamplas hingga halus. Eka mengaku, mainan yang dijualnya kemudian dipercantik kembali dengan menggunakan stiker, kemudian dimasukkan ke dalam kemasan.
"Dipajang di Bale Seni Barli untuk dijual, suka ada pesanan juga dari Pertamina. Untuk bahan-bahannya saya dapatkan secara gratis, bahkan kalau dikirim suka berkarung-karung," katanya.
Selain membuat mainan, ayah anak tiga ini juga membuat aneka produk lainnya. Seperti tas, vas bunga, kotak barang, tempat sampah, hingga papan pembatas antara jemaah laki-laki dan perempuan di masjid.
"Untuk tas pengerjaannya memakan waktu sekitar satu minggu. Untuk produk yang lain juga bisa dibuat sesuai pesanan, agar menambah daya tarik, produk tas diwarnai cat untuk mobil," tuturnya.
Rentang produk yang dipasarkan Eka dimulai dari harga Rp 25 ribu hingga Rp 500 ribu, tergantung dari kesulitan pembuatannya. "Barang pernah dikirim ke Kota Bandung, Jakarta, Surabaya dan Bali," katanya.
Eka mengatakan produk yang dibuatnya masih jauh dari sempurna. Ia mengharapkan bisa mendapatkan pelatihan lanjutan, baik dari penyempurnaan produk maupun sisi pemasaran.
"Untuk produk masih harus dikembangkan lagi. Terutama untuk lem penyambung sendi yang tepat dan cat-nya, agar bisa lebih ramah lingkungan," kata Eka.
Dari segi pemasaran pun, ia mengaku masih perlu belajar banyak. "Sejauh ini pemasaran masih di Facebook, upload-upload. Ada juga pesanan dari Pertamina," katanya.
Perwujudan mimpi Eka untuk menekuni usaha kerajinan dimulai sejak akhir 2017 lalu. Sebelumnya, ia bekerja sebagai tenaga sipil di sebuah pabrik di pinggiran Kota Cimahi.
"Awalnya saya diminta untuk mengolah segel plastik ini oleh Pertamina agar tak menjadi sampah dan memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Saya kemudian berpikir, dan tercetus ide untuk membuat mobil tangki," kenang Eka.
Eka mengatakan, truk tangki yang dibuatnya dari segel plastik, mendapatkan apresiasi yang baik. Akhirnya muncul obrolan untuk mengembangkan kerajinan ini secara berkelanjutan bersama Pertamina.
"Dari situ saya mulai serius untuk menekuni bidang ini, jujur menjadi perajin lebih menyenangkan karena saya bisa lebih bebas bereksplorasi," tuturnya.
Keberadaan kerajinan segel plastik Eka, sedikitnya mengubah wajah Kampung Sodong yang dulu dikenal sebagai wilayah pinggiran yang kering dan kurang produktif.
Kampung itu kini bertransformasi menjadi kampung wisata yang bertajuk 'Desa Kertajaya Creative Destination (DKCD)'.
Selain kerajinan segel plastik, ada juga usaha kerajinan tas dari bahan yang ramah lingkungan, sablon, animasi dan makanan sehat bagi bayi. Semua UMKM tersebut dibina Pertamina.
"Saya juga memproduksi kerajinan dibantu oleh enam orang pemuda di sini. Banyak tenaga lokal yang terserap di UMKM yang berada di Kampung Sodong, ya daripada anak muda menganggur atau menongkrong," katanya.
Wajah kampung itu pun diubah menjadi lebih hidup. Seni mural menghiasi dinding sepanjang 100 meter yang berada di kampung tersebut. "Untuk penerangan juga di kampung ini menggunakan tenaga surya, ada juga kincir angin," ujarnya.
"Kami berdaya, lingkungan juga bisa terselamatkan dari plastik," pungkas Eka.
Sumber : news(dot)detik(dot)com