Inspirasi Imlek Farah Angsana
Perancang busana Farah Angsana kembali menampilkan rancangan untuk musim semi dan panas 2014 di ruang Pompadour, Hotel Maurice. Paris, Senin (23/1). Hotel yang dibangun pada abad ke-19 itu berhadapan dengan Taman Tulleries yang sempat dihuni para jenderal pasukan pendudukan Jerman pada tahun 1940-an. Sekarang hotel itu menjadi milik Sultan Brunei dan dekorasinya paling seronok di Eropa.
Dekorasi loteng salon Pompadour, yang bergaris lekuk seperti sisik ikan dengan jendela gelas art nouveau, mendukung peragaan gaun malam karya Farah Angsana, perancang kelahiran Indonesia yang bermukim di Swiss.
Peragaan dibuka dengan berbagai gaun panjang yang jatuh luwes ke tumit, terbuat dari bahan lembut seperti sutra dan georgettes Italia berwarna merah jambu polos dengan tambahan hijau daun. Warna yang sangat telak dipakai dalam musim semi. Pola jahitan sederhana dengan terkadang korsase bunga produksi Jerman dijepit pada dada atau bahu seolah menjepit selendang yang terlilit lepas bebas.
Dalam suasana merayakan Imlek, perancang ini juga tidak lupa menghadirkan tujuh gaun merah polos. Sedikit inspirasi dari budaya China dan Jepang muncul dalam bentuk pola sulaman di bagian dada atau dari jahitan pita pinggiran dan ikatan gaun seperti kimono tanpa lengan. Patut dicatat, jahitan manik halus yang menghiasi dada dan memberi dekorasi unik bagi setiap gaun memberi ciri khusus dari satu gaun ke gaun lain.
Gaun yang menerima pujian ramai adalah yang terbuat dari beludru biru langit kelabu panjang ke lantai dan yang lain berwarna biru kelam yang jatuh ke lutut. Bagian atas kedua busana itu berenda halus dengan warna sama dan bermotif renda klasik bergambar unggas. Bahan berenda ini khusus diproduksi di kawasan Cambrai di utara Paris dekat perbatasan Belgia. Kawasan penghasil tekstil canggih yang sempat melangit sebelum Perang Dunia II ini adalah lokasi di mana pelukis tenar Matisse dilahirkan, yaitu di kota le Cateu Cambrisis. Matisse memasukkan berbagai pola dekorasi tekstil dalam berbagai lukisannya.
Global
Unsur global gaun kreasi perancang kelahiran Medan ini memang menjadi ciri industri busana Eropa. Demi perhitungan ekonomi, efisiensi, dan ketepatan jadwal penyelesaian kreasinya, Angsana menjahitkan gaun-gaunnya di sanggar penjahit di Vicenza di dekat Venesia, Italia. Sanggar itu mempekerjakan 400 karyawan/wati yang menggarap pesanan dari berbagai rumah busana Italia dan Perancis, seperti Valentino, Versace, dan Hermes. Sanggar itu membantu perancang baru atau yunior seperti Angsana, yang sejak dua tahun lalu memindahkan usahanya dari Paris.
Dalam sistem ini, perancang tidak dipusingkan berbagai urusan karyawan dan pada saat yang sama mendapat jaminan busana akan selesai dikerjakan sesuai perjanjian.
Metode ini sangat menguntungkan penjahit ahli Italia, tetapi mengurangi lowongan kerja di Perancis yang sudah direwelkan urusan 35 jam kerja seminggu dan kontribusi pajak kesejahteraan yang tinggi. Dalam pada itu, apabila sanggar di Italia mempekerjakan pekerja berupah murah dari luar Uni Eropa, hal itu tidak akan memusingkan perancang yang memberi pesanan.
Gaun koleksi musim semi 2014 Farah Angsana ini mendapat sponsor tekstil dari Renard Griere, musik diatur oleh DJ Vincent Knol dari Belanda, serta sponsor finansial dari Pius Gasser, mitra usaha dan mitra hidup Angsana. (Savitri Scherer, Pembantu Kompas di Paris)