Tektil Tiongkok Banjiri Pasar
Senin, 06 Mar 2014/jawapos.com
Order Produsen Lokal Susut 25 Persen
SURABAYA – Meskipun sudah ada usaha untuk membatasi masuknya tekstil dan produk tekstil (TPT) dari Tiongkok, tetapi peredarannya di pasar semakin banyak. Penambahan ini dikarenakan adanya barang yang lolos dari pengawasan. Kondisi ini memukul produsen TPT lokal yang selama ini usahanya semakin berat akibat kenaikan biaya operasional.
Sudarmaji, ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jatim, menyebutkan,. TPT dari Tiongkok sudah tidak terbilang lagi banyaknya. Membanjirnya produk impor tersebut sangat aneh, karena pengawasan pemerintah semakin ketat. “TPT Tiongkok tersebut banyak yang masuk secara ilegal atau selundupan,” sebutnya
Seperti juga banyak diketahui, selisih harga TPT Tiongkok tersebut mencapai separo harga TPT lokal. Produk tekstil Tiongkok sudah membanjiri dari mulai pasar tradisional hingga mal. “Dari kain hingga pakaian jadi sekarang sudah dikuasai produk Tiongkok,” keluh Sudarmaji.
Pasar menyukai produk Tiongkok karena masyarakat Indonesia sangat price sensitive. “Di sinilah masalahnya, kita kalah bersaing,” ujarnya. Tingginya biaya produksi telah menurunkan daya saing. Akibatnya, pasar produk lokal semakin menyusut. Selain tidak bisa menaikkan harga jualnya karena daya beli masyarakat turun, perusahaan TPT juga harus merugi karena kenaikan BBM dan UMK.
Karena serangan TPT murah tersebut, hingga saat ini order sudah menurun hingga 25 persen. Konsumen telah beralih ke TPT Tiongkok tersebut. Para pengusaha TPT sudah angkat tangan dengan persaingan melawan TPT murah. Pasalnya, tingginya biaya operasional tidak mungkin lagi diturunkan untuk bisa bersaing. “Harga operasional sudah tidak bisa mengikuti harga jual,” sebut Sudarmaji.
Keadaan ini harus segera diatasi, karena apabila perusahaan TPT dibiarkan dalam kondisi rugi terus menerus, maka dikhawatirkan akan ada penutupan usaha. Buntutnya, akan banyak pekerja yang akan di PHK. “Kalau sampai ada PHK, pasti jumlahnya besar karena TPT adalah usaha padat karya,” bebernya.
Ia berharap kepada pemerintah, terutama instansi bea cukai, agar semakin mengetatkan pengawasanya terhadap masuknya TPT impor. “Seharusnya kalau diawasi jumlahnya berkurang,” tukas Sudarmaji. Jadi harus ada kerjasama dari pihak bea cukai maupun kepolisian. (ina)