Jangan Jadi Pasar Malam
SURABAYA – Semakin beragam saja kreativitas para desainer dalam mengolah batik. Tak hanya motif-motif parang, truntum, atau kawung, batik bermotif paduan Jawa-Tiongkok pun kian mengemuka. Itulah yang tampak pada fashion show bertema Romantisme Oriental di Rumah Batik Danar Hadi kemarin.
Pergelaran tersebut menampilkan 80 karya tim desainer Danar Hadi yang terdiri atas Hutama Adi, Denny Pribadi, Vistor, dan Mohammad Ilham. Sesuai tema, mereka memang menampilkan sisi romantis motif Tiongkok yang kaya warna dan motif.
Batik “blasteran” Jawa-Tiongkok itu lebih menonjolkan motif sulur-suluran, flora, bentuk-bentuk asimetris, hingga keramik. Warnanya pun cenderung cerah. Berbeda dari batik “asli” Jawa yang cenderung gelap.
Warna-warna oranye, merah muda, ungu, biru muda, dan kuning tampak pada batik Tiongkok tersebut. “Jadi, batik itu cocok dipakai segala usia pada berbagai kesempatan,” jelas Atik Irawati, pemilik Rumah Batik Danar Hadi Surabaya.
Untuk acara formal, kebaya modifikasi organdi sutra bisa menjadi pilihan. Agar lebih cantik, bisa diberi aplikasi bordir pada kebaya dan kamisol.
Menurut dia, banyaknya pilihan warna juga harus membuat pemakai batik lebih berani. Misalnya, memakai kebaya yang berwarna lain dari batik. Misalnya, kebaya biru muda yang dipadu bawahan batik dominan merah muda. “Sekarang sudah bukan zaman baju harus sewarna. Tabrakan pun nggak papa. Yang penting match dan tidak terkesan kontras,” tegasnya.
Meski begitu, Atik mewanti-wanti agar batik tersebut tak dipadu aksesori yang terlalu berlebihan. “Sebab, batiknya kan sudah kaya warna dan motif. Jika aksesorinya terlalu berlebihan, nanti malah jadi ’pasar malam’. Kesannya juga tabrakan banget,” ungkapnya. (ai)Minggu, 26 Mar 2014/jawapos.com