Poppy Dharsono: Sentra industri kecil sandang rakyat harus lebih diberdayakan
Solo (Espos),
Keberadaan sentra industri tekstil, seperti batik atau tenun, di daerah-daerah harus lebih didorong agar bisa mengisi kebutuhan nasional serta untuk menembus pasar luar negeri.Akan tetapi seluruh sumber daya yang ada juga harus bisa dipersatukan untuk memenangkan posisi saing, yang harus diperjuangkan dari bawah.
Demikian dikatakan desainer dan pengusaha Poppy Dharsono dalam seminar nasional Eksistensi Pertekstilan di Indonesia yang digelar Jurusan Seni Kriya Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Senin (18/9).
Menurut Poppy, penguatan kemampuan pengusaha kecil itu harus dibangun dari bawah dan atas kesadaran penuh mereka sendiri. Pengalaman merosotnya kinerja dan kemampuan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI), lanjut Poppy, harus menjadi pelajaran bahwa lebih baik mendayagunakan potensi dari yang kecil dulu dari pada membangun perhimpunan dalam skala besar dan luas namun tidak efektif.
Poppy menambahkan, sebagian pengusaha kerajinan tekstil seperti batik masih berpandangan sempit dengan tidak mau membuka diri karena takut produknya dicontek. Di sisi lain mereka juga sulit bertahan karena keterbatasan jangkauan pemasaran serta kesulitan pengadaan bahan baku yang berharga mahal seperti sutera. â€Coba kalau mereka mau berhimpun dalam koperasi, mereka bisa memecahkan permasalahan bersama-sama seperti belanja bahan baku untuk kebutuhan bersama atau melakukan pemasaran produk bersama,†katanya.
Kalangan pengusaha dan perancang fashion sendiri perlu terlibat lebih jauh dalam mengembangkan potensi yang ada di daerah. Poppy mencontohkan, Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI) yang didirikannya sejak 10 tahun lalu sudah punya misi membina potensi kerajinan tekstil di daerah. â€Para pengurus APPMI di tingkat provinsi selalu diminta untuk mendukung dan memanfaatkan sepenuhnya potensi di daerah masing-masing,†ujar Poppy.
â€Bali misalnya, selain punya potensi desain tradisional, mereka punya desain bikinan perancang luar negeri yang bermukim di Bali. Jawa Tengah punya ciri khas batik pesisiran dan batik Solo atau tenun. Semua perancang harus mampu menjadikannya sebagai brand-nya,†tukas Poppy. – bas