BANYAK PERAJIN DI BANTUL TIDAK PRODUKSI; Perajin Perak Paliyan Kebanjiran Pesanan

BANYAK PERAJIN DI BANTUL TIDAK PRODUKSI; Perajin Perak Paliyan Kebanjiran Pesanan
Tuesday, 22 August 2006/kedaulatan rakyat online

WONOSARI (KR) – Di saat berbagai industri kerajinan di Gunungkidul mengalami permasalahan, kelompok perajin perak Mandaya Salaka di Desa Pampang, Paliyan masih terus berproduksi sekalipun terjadi bencana gempa. Bahkan pasca bencana gempa pesanan yang masuk semakin meningkat. Hal ini disebabkan banyak perajin perak di wilayah Bantul yang menghilang sehingga toko pemasaran perak yang berpusat di Kotagede memilih memesan dari Gunungkidul.

”Bencana gempa tak mempengaruhi kerajinan perak. Bahkan pesanan semakin banyak. Jumlah perajin juga bertambah. Jika sebelumnya hanya ada 30 orang, sekarang menjadi 60 orang,” kata Ny Yatmiyati (45) salah seorang perajin kepada KR di rumahnya, Jumat (18/8) kemarin. 

Kelompok perajin perak ini berdiri sejak 1998. Berbekal pengalaman kerja di Yogyakarta pada industri yang sama kemudian membentuk kelompok perajin perak. Berbagai jenis kerajinan perak mampu dihasilkan seperti cincin, bros, gelang, kalung hingga candi. Harganyapun bervariasi tergantung dari jenis, banyaknya bahan baku yang digunakan dan ongkos pembuatan. Untuk cincin berkisar Rp 30 ribu sedangkan bros Rp 35 ribu. Kalung berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu. Sedangkan untuk harga yang paling mahal pada bentuk candi. Selain proses pembuatan yang cukup lama, bahan baku yang digunakan juga tidak sedikit. Harga candi bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. 

”Bentuk candi memang paling mahal. Pengerjaannya saja bisa mencapai dua minggu. Karena bahan baku yang digunakan lumayan banyak sehingga harganya pun juga ikut naik,” tambahnya. 

Hasil kerajinan perak ini sudah dipasarkan ke berbagai daerah. Bahkan juga sampai ke luar negeri karena diminati wisatawan mancanegara seperti Singapura, Australia, Filipina dan para wisman yang berkunjung ke Yogyakarta. Terkadang jika lebaran datang para perajin ini harus menyediakan stok yang cukup banyak. Karena telah menjadi langganan bagi para perantau yang akan pulang kampung.

”Meskipun terjadi gempa tak terjadi permasalahan dalam pemasaran. Bahkan lebaran yang sebentar lagi datang harus membuat kami bekerja keras. Untunglah wilayah di sini sewaktu terjadi bencana tak menimbulkan kerusakan sehingga tak mengganggu aktivitas produksi,” imbuhnya. 

Para kelompok perajin ini juga mendapat kesempatan untuk memperoleh pelatihan di Kalimantan dari Dinas Perekonomian Propinsi. Sebanyak 5 perwakilan perajin mengikuti pembelajaran keterampilan membuat kerajinan perak jenis baru seperti kalung dan cincin yang dibuat dari batu. Hingga saat ini kelima perwakilan yang telah kembali baru melakukan pelatihan ke perajin agar juga memiliki kemampuan yang sama. ”Lima perwakilan perajin yang memperoleh keterampilan kini sedang melatih anggota kelompok ini. Setelah semua mempunyai keahlian baru kita akan produksi serta menentukan harga untuk produk jenis baru tersebut,” tukasnya. (Ewi)-k.

Post Author: Indonesia Jewelry