100 Pct Usaha Konveksi Lumpuh

100 Pct Usaha Konveksi Lumpuh
kedaulatan-rakyat.com

YOGYA (KR) – Dampak gempa tektonik yang melanda Yogyakarta, juga melumpuhkan sektor konveksi. Bahkan dampaknya cukup berat dirasakan para pengusaha konveksi, sebab sejak pasca gempa, belum ada satu pesanan pakaianpun yang masuk. 

Padahal pada hari-hari biasa yang terbilang sepi, para penjahit masih menerima pesanan 1-4 stel/hari. Para penjahit memprediksi 100 persen pemasukan tidak ada, meskipun sudah memiliki langganan tetap

Seperti dituturkan Pemilik Amar Tailor, Amar Ma’ruh saat ditemui KR Senin (5/6) di Jl Gondosuli Yogyakarta, meski dirinya telah membuka kios jahitnya seminggu ini, namun sampai saat ini pihaknya belum menerima satu pesanan pakaian. Padahal biasanya bisa menerima pesanan lebih dari satu stel/hari. Apalagi menjelang musim seragaman atau tahun ajaran baru.

”100 persen gempa kemarin membuat perekonomian dari sektor konveksi lemah, karena sampai saat ini tidak ada orang yang akan membuat pakaian, semua masih terfokus pada penanganan gempa. Tetapi saya optimis, dalam waktu cepat bisa pulih kembali, apalagi anak sekolah memerlukan seragam,” jelas Amar.

Amar memrediksi, untuk sementara ini pesanan akan bertambah sepi, karena pada hari-hari sebelum gempa saja sudah sepi. Pihaknya memrediksi usaha akan semakin melemah dalam kondisi yang seperti ini. Karena itu ia hanya menunggu dan mengharapkan dari pesanan seragam dan instansi seperti biasanya. Meski itu hanya satu kemungkinan kecil. 

”Selama anak sekolah masih mengenakan seragam saya kira, konveksi akan tetap jalan, meski tidak seramai dulu,” kata Amar yang kini terpaksa masih meliburkan 2 tenaga kerjanya.

Hal senada dikatakan Ismail, penjahit Puncak di Jl Pengok Kidul, sejak seminggu ini belum ada satu pesanan yang masuk, sementara ini pihaknya hanya mengerjakan sisa-sisa pesanan sebelum terjadinya gempa. ”Dampaknya luar biasa, hampir 100 persen sepi, kami pun menganggur tidak ada yang dikerjakan,” kata Ismail.

Dampak tersebut, sudah tentu mempengaruhi pemasukan, karena biasanya tiap hari meski sepi tetap ada pemasukan dan menerima pesanan 1-4 stel/hari, baik pakaian dinas, seragam sekolah maupun pakaian umumnya. 

”Untuk tetap bangkit, kami hanya mengandalkan tahun ajaran baru, yang biasanya ramai pesanan seragam sekolah, karena mengandalkan yang lain sangat tidak mungkin, apalagi melihat kondisi sekarang, pelanggan pasti lebih mengutamakan keperluan yang lebih penting,” tandas Ismail.

Ismail memrediksi, usaha konveksi akan cepat pulih, karena sektor ini di Yogya masih cukup potensial dengan adanya mahasiswa yang menjadi pelanggan-pelanggannya selama ini. Utami Pemilik Modiste Dinaf yang terletak di daerah Sagan menuturkan, sejak adanya gempa tektonik dengan intensitas 5,9 SR, omzetnya mengalami penurunan sampai 50 persen. Padahal untuk tahun-tahun sebelumnya menjelang tahun ajaran baru seperti sekarang jahitan di tempatnya selalu dipenuhi oleh para pelanggan. 

Menurutnya banyaknya korban yang meninggal dunia dalam musibah tersebut menjadikan masyarakat menjadi trauma. Akibatnya masyarakat cenderung bersikap selektif dan membatasi diri untuk keluar rumah. Untuk mengatasi persoalan itu, selain mengoptimalkan SDM yang ada untuk meminimalisir kerugian pihaknya terpaksa tidak menaikkan tarif.

”Bagaimana tidak merugi jika 5 hari lebih tidak ada konsumen yang datang. Padahal menjelang tahun ajaran seperti sekarang, biasanya modiste saya kewalahan bahkan sampai menolak pesanan. Tapi untuk tahun ini benar-benar sepi. Untuk itu ongkos jahitan terpaksa tidak saya naikkan yaitu Rp 60 ribu/stel,” terangnya.(M-7/M-6)-k.

Post Author: Indonesia Grament