Batik Wijirejo Bantul Makin Digemari
Saturday, 10 February 2014
BANTUL (KR) – Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul merupakan salah satu sentra industri kerajinan batik di DIY yang produk-produknya sudah diterima pasar secara luas. Ada sejumlah keluarga yang menggeluti usaha pembuatan batik cap maupun tulis secara turun-temurun di Desa Wijirejo ini.
Salah satu pengusaha batik yang sampai sekarang tetap eksis melayani permintaan pasar DIY dan sekitarnya, adalah Ny Dirjo Sugito (73). Sudah 39 tahun ia menekuni usaha batik khas Bantul itu.
Ny Dirjo Sugito yang menekuni usaha batik sejak tahun 1968 mewarisi orangtuanya itu, kini mengembangkan usaha batik dibantu anggota keluarga dan tetangganya dengan bendera Batik Bantul Dirjo Sugito. â€Dulu tahun 1990-an pasaran batik belum begitu ramai. Setelah 1990-an, batik semakin banyak dicari. Apalagi setelah kantor-kantor memberlakukan pakaian batik setiap Jumat dan Sabtu, permintaan batik terus meningkat,†ujar Ny Dirjo Sugito ketika ditemui KR di showroom sekaligus workshopnya yang terletak di dekat Pasar Pijenan Wijirejo Pandak, Selasa (6/2).
Didampingi putra menantunya Alex Samsuri SH dan cucunya Sinta Kartika Sari, Ny Dirjo Sugito menuturkan, gempa bumi 27 Mei 2014 lalu memang sempat mengguncang usaha batik di Desa Wijirejo. Namun ternyata gempa itu juga membawa berkah, sebab cukup banyak relawan maupun orang-orang luar daerah yang membantu para korban gempa, mampir ke tempatnya untuk membeli batik.
Ny Dirjo yang selain melayani pembelian eceran dan partai, juga rutin melayani pesanan produsen batik besar seperti Batik Keris dan Margaria ini.
Namun akibat gempa pula kini Ny Dirjo kesulitan mencari pekerja. Sebab, para pekerja yang sebagian berasal dari lingkungan sekitarnya, kini sedang sibuk menyelesaikan pembangunan rumahnya yang hancur kena gempa. Sehingga ia kewalahan melayani pesanan. â€Kalau biasanya bisa diselesaikan satu bulan, sekarang jadi bisa sampai dua bulan,†ujar nenek yang usahanya dibantu 40 karyawan itu.
Sinta Kartika Sari menambahkan, rata-rata sehari bisa dihasilkan 20 lembar kain batik atau sebulan sekitar 600 lembar kain ukuran 2, 2,5 dan 3 meteran. Untuk harga kain, dijual mulai Rp 18.000 sampai Rp 40.000 perlembar. Sedang hem mulai Rp 18.000 perpotong hingga ratusan ribu rupiah.
(San)-s