Emas Tinggi, Lebih Baik Pegang Rupiah

Emas Tinggi, Lebih Baik Pegang Rupiah
Senin, 27 Feb 2006,/jawapos.com

SURABAYA – Meski saat ini harga emas dunia saat ini sangat tinggi, bukan berarti bahwa investasi di logam mulai tersebut akan menguntungkan. Sebab dengan harga yang relatif belum stabil itu, ada kemungkinan bahwa harga emas akan melorot drastis. Pada akhirnya merugikan investor yang bersangkutan.

Country Manager World Gold Council (WGC) Indonesia, Leo Hadi Loe, menjelaskan bahwa selama minyak mentah dunia (crude oil) belum stabil dan terus mengalami kenaikan, maka dampaknya akan dirasakan pada pasar emas dunia. ” Sebab dengan tingginya tingkat inflasi di USA, Jepang, dan Uni Eropa, membuat fund manager menarik dana mereka dari pasar valuta asing. Dan mengalihkannya ke emas dan pasar saham di Asia Tenggara. Itu yang membuat harga emas melonjak sangat tinggi dalam beberapa bulan terakhir ini,” jelasnya panjang lebar.

Akibatnya, demand terhadap logam mulia tersebut juga ikut menurun. Sebab menurut Leo, banyak para investor long term yang melakukan aksi wait and see. Untuk menunggu harga emas stabil kembali. ” Sampai sekarang pasar belum bisa menerima bahwa emas bisa di atas USD 558,40 per troy ounce. Karena itu meski harga emas melonjak tinggi, saat ini bukan saat yang tepat untuk berinvestasi secara jangka panjang. Sebab ada kemungkinan di masa depan, harga emas akan stabil di bawah harga pembelian saat ini. Bahkan untuk investasi short term pun harus dilakukan secara hati-hati,” kata Leo.

Karena itu, disarankan agar para investor memegang saham lokal maupun rupiah saja dibandingkan emas. Mengingat ada keuntungan sekitar 13 persen dari sana. ” Jika memengang emas, nilai aset kita memang bisa melonjak tinggi. Tapi di sisi lain, tidak ada pasar yang mampu menyerapnya. Sementara rupiah menunjukan tren penguatan, yang bisa memberikan keuntungkan,” terangnya.

Sementara itu, harga emas yang tinggi sehingga menurunkan konsumsinya berakibat pada pengurangan produksi beberapa pabrik emas di Indonesia. Sekitar sekitar 50 – 70 persen. Bahkan ada pabrikan yang menghentikan produskinya sama sekali. ” Kondisi pasar internasional maupun lokal tidak bisa menyerap emas dengan harga setinggi saat ini. Sehingga pilihan logis adalah mengurangi produksi,” keluh Leo. (aan)

Post Author: Indonesia Jewelry