Pekan Mode Paris 2014 : Romantis,Manis,Lembut
Pekan mode musim semi dan panas 2014 di Paris yang berakhir Senin (10/10) lalu dilaporkan sebagai membawa semangat romantis, manis, lembut. Meskipun demikian, tidak ada arah tertentu seperti yang secara nyata diperlihatkan di Milan sepekan sebelumnya, pa-sebab gaya sportif juga menjadi favorit.
Di rumah mode Chanel, Karl Lagerfeld (67) membawa tema â€Coco Meets James Dean
â€.Coco Chanel adalah pendiri Chanel dan James Dean adalah aktor ganteng yang meninggal muda karena tabrakan pada tahun 1955. Pilihan tema itu adalah untuk menjaga pelanggan muda usia dengan memberi citra Chanel adalah orang muda.
Ciri khas Chanel —jaket berbahan tenun t weed, kalung mutiara panjang bertumpuk —dipadukan
dengan gaya memberontak James Dean yang terkenal melalui filmnya Rebel Without A Cause.
Wujudnya adalah setelan jaket tweed dalam warna merah cabai dengan bunga besar di kerah, atau jaket warna hijau kacang pistachio dengan blus berkerah tinggi, atau jaket berpinggiran berwarna merah dan ungu yang dipadankan dengan celana pendek yang tepiannya tidak berjahit.
Untuk acara yang lebih resmi, Lagerfeld membuat gaun-gaun dengan bagian rok dilipit atau dibiarkan longgar.
Pada bagian lain, Lagerfeld menawarkan kemeja putih berdasi langsing hitam dengan rok lipit hitam, dipadu â€jaket †berlengan balon dalam warna-warna merah,biru,hijau, putih bermotif gelombang;gaun kemeja dengan rok mengembang motif kotak – kotak dilengkapi ikat pinggang kecil,celana pendek ala penggemar olahraga sepeda, dan masih memakai denim. Pada musim yang sama, Lagerfeld juga memeragakan koleksi dengan namanya sendiri,Gallery Lagerfeld.
Stella McCartney mengambil inspirasinya dari lukisan karya Jeff Koons,Lips dan Pink Bow, menawarkan gaun sifon panjang yang kadang bergaris pinggang tinggi di dada.McCartney yang juga menggunakan banyak warna putih menawarkan setelan celana panjang berpipa lurus dengan blazer,kemeja ekstralonggar dipadu ikat pinggang serta celana pendek,serta gaun longgar yang memperlihatkan satu bahu seperti gaya era 1960-an.
Di rumah mode Celine, perancang asal Kroasia, Ivana Omazic (32), menggunakan warna-warna musim panas seperti merah,oranye,dan kuning cerah untuk gaun-gaun sepanjang tengah lutut yang bagian roknya dilipit,dikerut,ataupasditubuh, yang kadang-kadang dipadu dengan jaket pendek berbahan kulit.
Perancang muda juga mengisi rumah mode Rochas. Olivier Theyskens yang berdarah Belgia mengambil inspirasi dari era Raja Edward Inggris dengan gaun panjang memakai â€ekor †di bagian belakang bawah, dan pada bagian lain mengambil ide dari karya pelukis impresionis Clau-SAVITRI de Monet dengan motif bunga teratai dalam warna biru dan hijau.
Berbagai Bangsa
Dengan puluhan perancang dari berbagai belahan dunia menunjukkan kreativitas mereka di Paris,kota itu belum kehilangan dayanya sebagai kota pusat mode. Perancang yang datang ke Paris melihat kota ini sebagai tempat di mana kreativitas lebih menonjol meskipun tidak melupakan unsur komersial. Ini berbeda dari Milan dan New York di mana unsur komersial lebih dominan.
Perancang dari Singapura Andrew Gn, peran-gang cang Australia Colette Dinigan, Moon Young Lee dari Korea, Alber Elbaz dari Amerika, Elie Saab dari Lebanon, Hussein Chalayan yang berdarah Turki adalah beberapa nama dari berbagai bangsa yang m enyum bang pada keragaman mode di Paris.Keragaman dan kebebasan berekspresilah yang menjadikan Paris bertahan selama lebih satu abad sebagai kota mode dunia.
Meskipun tidak mudah dan tidak murah untuk dapat mengikuti pekan mode dalam jadwal resmi di Paris karena harus memenuhi sejumlah persyaratan, perancang muda kerap memberi alternatif dan tawaran segar di antara nama-nama besar yang sudah mapan seperti Dior, Louis Vuitton, Valentino, dan Chanel. (AP/AFP/REUT ERS/FWD/NMP)