Pemerintah Masih Pelajari Kemungkinan Safeguard Tekstil

Pemerintah Masih Pelajari Kemungkinan Safeguard Tekstil
Kamis, 02 Maret 2014 20:27:00/republika.co.id

Jakarta-RoL — Pemerintah masih mempelajari kemungkinan penerapan safeguard atas produk tekstil yang sedang diusulkan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).

“API sudah memberi masukan kepada KPPI (Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia). Kami sedang pelajari angka-angkanya,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, di Jakarta, Kamis.Menanggapi banyaknya produk tekstil murah yang diduga masuk secara ilegal ke Indonesia, Mari mengatakan bahwa safeguard hanya bisa dilakukan berdasarkan nilai impor legal

“Yang ilegal itu, masalah lain. Dan kita masih harus membuktikan terjadinya `injury` pada industri kita,” kata Mari. Sebelumnya, Ketua Umum API Benny Sutrisno mengatakan mekanisme safeguard terpaksa diajukan kalangan produsen TPT untuk menyelamatkan industri TPT nasional dari membanjirnya impor produk TPT legal yang masuk ke Indonesia, terutama dari Cina dan Korea Selatan (Korsel).

Menurut dia, saat ini sudah terjadi “injury” (kerugian) serta dampak yang sangat besar akibat melonjaknya impor TPT tersebut, yaitu berupa banyaknya industri TPT nasional yang mati, karena tidak mampu bersaing di dalam negeri akibat lonjakan impor yang besar dan murah, terutama dari Cina.

Selain lonjakan impor legal yang besar, industri TPT nasional juga mengalami persaingan yang tidak sehat dari impor TPT illegal terutama dari Cina, yang sudah membanjiri berbagai pusat pertokoan dan grosir di berbagai kota besar.

Berdasarkan data BPS yang diolah Deperin impor barang yang masuk kelompok benang, tenun, kain tekstil, dan hasil-hasil lainnya cenderung menurun sejak tahun 2000.

Pada tahun 2000 impor kelompok benang, tenun, kain tekstil, dan hasil-hasil lainnya mencapai 1,25 miliar dolar AS, dan turun pada 2001 menjadi 1,087 miliar dolar AS. Pada 2002 impornya turun lagi menjadi 878,13 juta dolar AS, dan menjadi 662 juta dolar AS pada 2003 kemudian naik lagi menjadi 738,78 juta dolar AS pada 2004.

Data pada Januari- Oktober 2005 impor kelompok barang tersebut mencapai 640,6 juta dolar AS atau naik 4,89 persen dibanding periode yang sama 2004 yaitu sebesar 610,7 juta dolar AS.

Benny mengatakan akan mengumpulkan data tidak hanya dari BPS, tapi juga dari BC 23 yang mengawasi peredaran keluar masuknya barang di KBN (Kawasan Berikat Nusantara), karena dari kombinasi tersebut akan diketahui berapa lonjakan impor yang sebenarnya. antara/pur

Post Author: Indonesia Grament