Perhiasan Bermotif Khas Aceh Terancam Punah
Banda Aceh, (Analisa)
Perhiasan bermotif khas Aceh saat ini sangat langka ditemukan dan suatu saat bisa terancam punah.
Menurut kolektor penyelamat benda antik dan bersejarah Aceh, H Harun Keuchik Leumiek, perhiasan bermotif Aceh yang dihasilkan para perajin Aceh di abad-abad yang lalu, sudah sangat sulit ditemukan sekarang ini.
Hilangnya perhiasan khas Aceh ini, karena perhiasan tersebut tak lagi diproduksi. Hal ini dikarenakan tak ada pewarisan acara membuatnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sehingga keahlian membuat perhiasan tersebut terputus hanya pada satu generasi saja.
Saat ini, jika ingin melihat keaslian benda-benda perhiasan bermotif Aceh hanya bisa dilihat dalam pajangan saja yang disimpan para kolektor penyelamat benda-benda budaya masa lalu atau dalam pajangan di museum Negeri Aceh.
Karenanya, ujar Harun Keuchik Leumiek yang juga wartawan senior Harian Analisa di Aceh, kiranya perlu perhatian semua pihak untuk bisa melestarikan dan menggali kembali keahlian para perajin tempoe doeloe, jika tidak mau khasanah budaya Aceh ini hilang ditelan waktu.
“Sudah saatnya kita selamatkan dan lestarikan salah satu khasanah buadaya bangsa kita ini,†tegas Harun Keuchik Leumiek dalam sebuah seminar pelatihan pengrajin Aceh di SMIK Ladong, Aceh Besar, Jumat (31/3).
Dikatakan, keberdaan perhiasan Aceh sejak beberapa abad silam, memang telah banyak menarik perhatian dunia luar, terutama para pejabat-pejabat Belanda yang bertugas di Aceh pada masa kolonial dulu.
Mereka (Belanda) selain melaksanakan tugas kolonialnya di Aceh, juga mempelajari seluk beluk benda-benda hasil karya seni masyarakat Aceh, termasuk bentuk-bentuk perhiasan Aceh.
Mereka mendata perhiasan Aceh itu mulai dari cara membuat sampai pengrajinnya atau yang dikenal dalam bahasa Aceh dengan sebutan utoh.
Harun menyadari, bahwa upaya penyelamatan perhiasan bermotif Aceh ini agak sulit dan berat dilakukan di tengah-tengah persaingan produk perhiasan luar yang juga telah merambah hingga ke Aceh saat ini.
Tetapi bukan tidak mungkin, jika usaha kerajinan perhiasan bermotif khas Aceh ini terus dikembangkan yaitu dengan cara mendidik kembali para pengrajin (utoh) untuk mampu membuat kembali perhiasan-perhiasan bermotif Aceh terutama dari kalangan pengusaha atau pemilik toko emas yang ada di Aceh.
Seorang wanita Australia, Barbara Leigh dalam bukunya, menurut Harun, pernah mengungkapkan bentuk perhiasan Aceh terdapat 250 jenis. Semua bentuk dan jenisnya itu tergolong sangat unik dan istimewa serta memiliki nilai seni yang sangat tinggi.
Terpacu dari semangat itu, menurut Harun, selama kurang lebih 20 tahun terakhir ini dirinya berusaha mengumpulkan dan menyelamatkan benda bersejarah Aceh itu, namun hingga saat ini hanya terkumpul sebanyak 30 jenis saja.
“Jika semua orang mau berusaha menyelamatkan dan melestarikan perhiasan Aceh, maka anak cucu kita ke depan masih dapat mengenal khasanah budayanya, kalau tidak maka akan hilang tanpa jejak,†ujar Harun Keuchik Leumiek. (irn)