Sembuhkan Penyakit dengan Sarang Walet

mediaindo.co.id

Judul Pengobatan Alternatif:
SARANG burung walet sudah lama dikenal manfaatnya. Selain digunakan sebagai bahan pangan, sarang burung walet juga dipakai membuat ramuan obat. Di tempat praktik pengobatan alternatif farmakognosi, misalnya, Al Raziq, si pengobat meracik ramuan herbalnya dengan sarang burung walet.

Ramuannya itulah yang diberikan kepada setiap tamu yang datang berobat. ”Namun selain minum ramuan, klien saya terlebih dulu dipijat,” kata Raziq yang siang itu sedang memijat Kirman, 48, di tempat praktiknya di Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Kampung Makasar, Jakarta Timur.

Kirman, menurut Raziq, datang berobat untuk menyembuhkan ejakulasi dini yang dideritanya. Sudah sebulan ini Kirman diterapi Raziq. Usai dipijat ia selalu minum ramuan sarang burung walet. ”Aktivitas seksual saya lumayan baik. Ejakulasi dini yang saya alami berangsur membaik,” kata Kirman yang masih rutin ikut terapi Raziq.

Raziq mengatakan pengobatan yang dilakukannya sangat alamiah. Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat ramuannya murni dari rempah-rempah dan sarang burung walet. ”Tidak ada bahan kimia sedikit pun,” katanya. Mengutip pendapat Prof Huang Zhou Guang dari China, Raziq mengatakan sarang walet itu terbuat dari saliva (liur) burung walet. Di dalamnya juga terkandung rumput, ranting-ranting kecil, dan kadang sedikit lumpur.

Sarang dari burung yang disebut swiflet atau Hai Yu, jelas Raziq, mengandung hormon yang dapat merangsang sel. ”Itulah sebabnya sarang walet dipercaya mampu merangsang pertumbuhan sel dan meningkatkan kekebalan tubuh manusia. Karena bisa meningkatkan kekebalan tubuh, maka berbagai penyakit pun bisa diatasi dengan sarang walet. Misalnya, penyakit asma, kanker payudara, hingga penyakit yang menyangkut kemampuan hubungan seksual.

”Namun Raziq mengatakan, untuk memberi ramuan berbentuk bubuk kepada pasiennya, tidaklah sama. Ramuan diberikan tergantung pada penyakit dan usia dari pasiennya. ”Selain sarang walet, sebetulnya saya juga menggunakan ramuan kumis kucing,” katanya.

Lebih lanjut, Raziq mengatakan ia memiliki dua tempat praktik. Di dua tempat praktiknya itu ia selalu memberi ramuan kepada tamu yang datang berobat. ”Ada ramuan dari Aceh, China, dan India,” kata pria asal Aceh ini. Namun, lanjutnya, untuk melakukan pengobatan dia mengaku memijat.

Ketika ditanya bagaimana ia meracik ramuan itu, Raziq tetap merahasiakannya. Bahkan kepada pasiennya pun ia cuma mengatakan ramuan berasal dari tanaman. ”Ini rahasia. Karena membuat ramuan itu tidak mudah,” katanya.

Tetapi terlepas dari keahliannya membuat ramuan, Raziq yakin dirinya hanyalah perantara Tuhan ketika melakukan pengobatan. “Yang menyembuhkan penyakit si pasien adalah Allah subhanahu wa taala. Karena itu, sebelum melakukan pengobatan saya selalu memanjatkan doa agar pasien saya diberi kesembuhan dan dihilangkan penyakitnya,” katanya.

Usai mengobati Kirman, tidak lama kemudian Raziq kedatangan tamu lagi, yaitu Budi, 40, asal Jatiwangi. Dia mengeluh tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya. Penyebabnya penyakit rematiknya kerap kambuh. Di kaki dan jarinya muncul bengkak-bengkak.

Kepada Raziq, Budi mengaku sangat terganggu dengan rematiknya itu. Karena ketika penyakitnya kambuh rasa sakit menjalar di tubuhnya.

”Saya tahu tempat ini dari famili saya,” katanya kepada Media.

Berbeda dengan Kirman, Raziq ternyata tidak memberikan pijat kepada Budi. ”Kalau untuk penyakit rematik kami tidak boleh melakukan pemijatan,” katanya.

Setelah diperiksa, Raziq memberi ramuan kepada Budi untuk 25 hari. Seperti biasanya, setiap ramuan yang diberikan pasti ada ramuan dari sarang walet selain ramuan herbal lainnya. Tidaklah heran, di ruang praktik Raziq bertumpuk stoples berisi bubuk ramuan. (Drd/H-1).

Post Author: admin