GBN 2017: Tehnik Pewarnaan Alam Batik Yang Tak Boleh Pudar

Batik telah menjadi icon Indonesia, batik merupakan budaya bangsa Indonesia yang sudah diakui UNESCO pada tanggal 30 September 2009 sebagai salah satu warisan budaya tak benda bangsa Indonesia. Penggunaan batik berbahan serat dan pewarna alami, merupakan bukti perpaduan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang akan berdampak pada pelestarian keanekaragaman hayati dan pendapatan ekonomi masyarakat. 

Mendukung promosi dan mengembangkan batik sejak didirikan pada 28 Oktober 1994, Yayasan Batik Indonesia mengangkat tema “Pesona Batik Warna Alam” pada acara besar Gelar Batik Nusantara 2017. Dalam konferensi pers Rabu, (7/6/2017) di JCC, Erna Giatna, Ketua Panitia GBN 2017 menyampaikan titik tema pewarnaan alami batik ini diusung karena sejarah dalam perkembangan Batik di Indonesia awal mulanya mengambil pewarnaan dari keanekaragaman hayati, seperti kayu, daun, buah hingga bungan dan tanaman lain, yang bisa dibuat warna untuk batik.

Selain itu alasan pemilihan tema warna alam yang cukup penting adalah, agar Batik Indonesia dapat bersaing di Pasar Global (Global Market) dengan mempertahankan sustainable fashion. Dahulu masyarakat yang membuat batik belum mengenal pewarna batik kimia (indigosol dan napthol), untuk mendapatkan warna-warna yang mereka inginkan mereka harus mencari akal dengan memanfaatkan yang ada disekitarnya. Banyaknya lahan dan tumbuh-tumbuhan pun pada masa lalu dimanfaatkan sebagai pewarna alam. Sebut saja Kulit Pohon Mahoni, Duwet, Tingi, Jambal, Tegeran, Daun Indigo, Daun Mangga, Secang, dan lainnya.

Acara ini merupakan acara ke 10 yang diadakan sejak 1996 dalam upaya untuk mempromosikan dan mengembangkan batik serta kerajinannya di dalam negeri. Kali ini, GBN 2017 berlangsung pada 7 – 11 Juni yang diikuti 400 pengrajin batik dari seluruh Indonesia. Seluruh pengrajin batik tersebut terdiri dari pengrajin batik dari binaan BUMN, Dinas Pemerintahan dan juga pengrajin perorangan. Akan ada banyak acara menarik yang disajikan, diantaranya: talkshow sekaligus workshop membatik dengan perwarnaan alam. Serta ada pula penampilan dari Gitar Batik Peraih MURI (Sabtu,10 Juni 2017) dan Putra Putri Batik Nusantara (Minggu, 11 Juni 2017).

Yayasan Batik Indonesia menilai ini adalah suatu bentuk apresiasi bangsa pada kearifan luhur Indonesia yang tidak boleh luntur dan harus terus dilestarikan. Melalui acara besar GBN 2017 ini, diharapkan sejarah-sejarah batik sebagai warisan Indonesia tidak dilupakan, salah satunya tehnik pewarnaan alam pada batik yang mulai tersisih oleh pewarnaan kimia supaya menjadi potensi besar untuk value batik itu sendiri.

 

Post Author: surabaya2