Perajin harus Dibekali Manajemen

Denpasar (BisnisBali) – Guna meningkatkan kualitas para perajin, pemerintah dan asosiasi yang bergerak di bidang eksportir dan produsen seperti Asephi Bali diharapkan bisa memberikan pelatihan manajemen.
Hal itu diungkapkan President Director PT Bali Blue Lotus, I Nyoman Darmaja, Rabu (11/1) lalu. Ia mengungkapkan, eksportir dan produsen (perajin) dalam bisnis ekspor tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Namun, antara dua pihak ini tidak dapat nyambung 100 persen, selalu tersandung permasalahan yang kadang pelik dan tak pernah dapat diselesaikan. Satu permasalahan terkecil, tetapi memiliki dampak besar seperti kesanggupan menyelesaikan order tepat waktu.
“Lebih dari 85 persen perajin mengganggap masalah ketepatan waktu tidak berarti. Sementara eksportir dalam perjanjian kerja samanya dengan pengusaha asing (buyer) sangat menjunjung tinggi ketepatan waktu tersebut. Bahkan kalau eksportir melanggarnya, order dapat diputus. Masalah waktu bagian terkecil kendala antara eksportir dengan perajin, tetapi memiliki risiko sangat tinggi,” ungkapnya.
Hambatan yang sering terjadi dalam proses kerja sama dengan perajin, kata Nyoman Darmaja, adalah ketepatan waktu mengerjakan order, kualitas, bentuk serta pemakaian bahan baku yang tepat dan berbagai hambatan lainnya. “Salah satu hambatan saja terjadi, risiko tinggi akan menunggu. Ini sering terjadi sehingga eksportir sering ordernya tidak diterima buyer. Akibatnya, pembayaran juga batal. Kondisi ini tentu saja menyebabkan eksportir yang rugi, pembayaran order dengan perajin juga macet,” katanya.
Guna menghindari hal itu, pihak pemerintah bekerja sama dengan asosiasi yang bergerak di bidang eksportir dan produsen seperti Asephi Bali mesti peduli terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) para perajin. Terutama bagi perajin lepas yang berada di pedesaan, karena dilihat dari kreativitas mereka cukup bagus, tetapi disiplinnya masih kurang.
‘’Kami sering terhambat masalah tersebut saat menangani order dengan perajin. Sepertinya, kalau sudah diberikan order mereka senang, tetapi risiko apabila tidak tepat sesuai order baik dari segi waktu, bentuk, kualitas dan lainnya maka kerugian ada di pihak eksportir. Kadang-kadang dampaknya juga merembet kepada pembayaran dari eksportir kepada perajin,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihak terkait bertanggung jawab terhadap peningkatan SDM perajin, selain keterbukaan dan pengertiannya terhadap sistem kerja sama antara perajin dan eksportir, juga melalui pelatihan dan pendidikan yang diberikan instansi terkait tersebut akan mampu mengembangkan daya kreativitas sebagai perajin.
“Caranya, lakukan terlebih dahulu pendataan dari masing-masing eksportir terhadap jumlah perajin yang dimilikinya. Setelah itu dilaporkan kepada instansi terkait, dan selanjutnya dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk dilakukan pembinaan dan pelatihan. Kami yakin, dengan keterlibatannya perajin untuk mendapatkan pelatihan, wawasan mereka akan terbuka dan meningkat. Ini bukan masalah antara eksportir dan perajin saja, tetapi masalah mata pencaharian (kehidupan) yang mesti dilakukan pembinaan dari pihak pemerintah,” tandasnya. *sta

Post Author: admin