Solo (Espos)
Design yang tidak sesuai dengan pasar internasional dan kualitas yang rendah menjadi kendala pemasaran handycraft ke luar negeri.
Hal ini diungkapkan pemilik Java Craft Ba-ningsih Bradach Tedjokartono, saat ditemui Espos, Minggu (8/1). â€Soal design ini memang jadi hambatan tersendiri dalam pemasaran barang-barang kerajinan dari Solo. Kita memang punya design sendiri yang asli Jawa. Tetapi kita juga harus memikirkan apa yang diinginkan pasar luar negeri.â€
Dia mencontohkan, banyak kerajinan dari Jawa yang bermotif rumit, misalnya ukir-ukiran, motif bunga yang rumit, hal ini kurang begitu laku untuk pasaran internasional. Masyarakat maju lebih suka design yang simple dan tidak rumit. Namun ditambahkannya, bisa saja design asli Jawa yang orisinil dan unik dikombinasikan dengan design modern yang serba minimalis.
Memang secara teknis pengrajin di Solo mampu membuat design yang sederhana. Namun, mereka hanya mampu melakukan pengerjaannya, sementara untuk mengeluarkan ide design-nya tidak mampu.
â€Pada akhirnya, untuk menembus pasar internasional kadang kita harus menggandeng designer dari luar, seperti yang pernah saya lakukan dengan designer dari Italia,†imbuhnya pengusaha yang memiliki galeri handycraft di Austria seluas hampir 3.000 meter persegi ini.
Sementara soal kualitas, lanjutnya, juga menjadi salah satu masalah lain yang bisa menjadi kendala pemasaran produk handycraft ke luar negeri. Bila tidak mampu membuat design yang sesuai permintaan pasar, dan tidak bisa meningkatkan kualitas, maka sulit bagi pengrajin lokal untuk bisa bersaing di pasar internasional.
â€Produk-produk dari Korea dan China menjadi saingan utama. Jadi kalau kita tidak bisa memperbaiki aspek design dan meningkatkan kualitas, maka akan lebih sulit untuk bersaing,†paparnya.
(Solopos Edisi : Jum’at, 13 Januari 2014 , Hal.XII )